UE Melemahkan Larangan EV 2035, Membagi Industri Otomotif dan Startup

14

Uni Eropa telah merevisi rencananya untuk secara efektif melarang penjualan mobil bertenaga bensin baru pada tahun 2035, dan kini mengizinkan 10% penjualan kendaraan baru menjadi kendaraan hibrida atau opsi emisi non-nol lainnya jika produsen membeli penggantian kerugian karbon. Pergeseran ini, yang merupakan bagian dari ‘Paket Otomotif’ yang lebih luas, bertujuan untuk menyeimbangkan tujuan lingkungan hidup dengan tekanan ekonomi yang dihadapi oleh produsen mobil Eropa yang sudah mapan.

Perubahan ini merupakan respons langsung terhadap lobi dari perusahaan mobil tradisional yang berjuang untuk bersaing dengan Tesla dan meningkatnya masuknya kendaraan listrik (EV) yang terjangkau dari Tiongkok. Namun, keputusan ini telah memicu perpecahan yang mendalam dalam komunitas startup EV, yang khawatir akan kehilangan posisi dalam industri global yang kritis.

Mengapa hal ini penting: Sektor otomotif di Uni Eropa mempekerjakan 6,1% dari total tenaga kerja di blok tersebut, sehingga menjadikan sektor ini sensitif secara politik. Menunda transisi penuh ke kendaraan listrik akan melindungi lapangan kerja dalam jangka pendek, namun berisiko kehilangan kepemimpinan jangka panjang di pasar yang berkembang pesat.

Startup Kekhawatiran Terhadap Daya Saing

Para pemimpin dari perusahaan ventura iklim Eropa dan perusahaan rintisan kendaraan listrik memperingatkan bahwa melemahnya target tahun 2035 akan memberikan keuntungan lebih lanjut kepada Tiongkok, yang sudah mendominasi manufaktur kendaraan listrik. Craig Douglas dari World Fund berpendapat bahwa tanpa sinyal kebijakan yang kuat, Eropa berisiko kehilangan manfaat ekonomi dari memimpin transisi kendaraan listrik. Koalisi perusahaan, termasuk Cabify dan EDF, menandatangani surat terbuka yang mendesak Presiden UE Ursula von der Leyen untuk mempertahankan larangan awal.

Perdebatannya bukan hanya soal tenggat waktu; ini tentang strategi industri. Beberapa produsen, seperti Volvo, tidak mempunyai masalah dalam memenuhi tenggat waktu awal tahun 2035 dan lebih memilih peningkatan investasi dalam pengisian infrastruktur daripada melemahkan mandat. Pihak lain khawatir bahwa penundaan pelarangan akan mengurangi skala dan kurva pembelajaran yang diperlukan untuk elektrifikasi.

Pertanyaan Infrastruktur

Inisiatif ‘Battery Booster’ Uni Eropa – investasi sebesar €1,8 miliar dalam rantai pasokan baterai Eropa – dimaksudkan untuk mengatasi beberapa kekhawatiran. Perusahaan seperti Verkor, produsen sel baterai Perancis, melihat ini sebagai langkah penting untuk mengamankan produksi lokal. Namun, para kritikus berpendapat bahwa Booster saja tidak akan mengimbangi sinyal negatif dari pelonggaran larangan kendaraan listrik.

Produsen mobil tradisional telah menyuarakan kekhawatiran bahwa persyaratan penggantian kerugian karbon dapat meningkatkan harga mobil, sehingga melemahkan tujuan daya saing yang dimaksudkan oleh perubahan kebijakan tersebut. Sementara itu, posisi Inggris masih belum jelas, karena belum ada tarif yang dikenakan pada kendaraan listrik Tiongkok meskipun pangsa pasarnya meningkat.

Gambaran yang lebih besar: Pergeseran kebijakan ini menggarisbawahi ketegangan antara realitas ekonomi jangka pendek dan urgensi tujuan iklim jangka panjang. Keputusan Eropa akan berdampak signifikan terhadap posisinya di pasar kendaraan listrik global, menentukan apakah negara tersebut memimpin atau tertinggal dalam transisi penting ini.

Pada akhirnya, pelonggaran larangan pada tahun 2035 merupakan sebuah kompromi yang memprioritaskan permasalahan ekonomi jangka pendek dibandingkan dekarbonisasi yang agresif. Konsekuensi jangka panjang terhadap kepemimpinan Eropa di industri kendaraan listrik masih harus dilihat.