Merriam-Webster telah mendeklarasikan “slop” sebagai kata terbaik tahun ini untuk tahun 2025, yang mencerminkan perubahan signifikan dalam konten digital dan kebangkitan kecerdasan buatan. Istilah tersebut, yang didefinisikan oleh kamus sebagai “konten digital berkualitas rendah yang diproduksi dalam jumlah besar melalui kecerdasan buatan,” merangkum tahun yang didominasi oleh materi buatan AI yang membanjiri internet.
Banjir Konten AI
Ledakan konten yang dihasilkan AI mencapai titik kritisnya pada tahun 2025. Platform seperti media sosial, layanan streaming video, dan bahkan saluran resmi pemerintah (seperti saluran White House X) menjadi jenuh dengan materi yang mudah dipahami dan seringkali dipertanyakan. Perkembangan model video AI – termasuk Veo 3 dari Google dan Sora 2 dari OpenAI – memungkinkan terciptanya video yang realistis namun seringkali menyesatkan dengan kemudahan yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Banyaknya volume konten ini menghasilkan istilah “kotoran”, yang berarti segala sesuatu yang umum, sekali pakai, atau murni demi keterlibatan. Ini termasuk deepfake yang dihasilkan AI, gambar-gambar aneh, dan bahkan keluaran terbaru dari waralaba hiburan besar.
Mengapa “Slop” Penting
Tren ini bukan hanya sekedar masalah estetika; hal ini mempunyai konsekuensi praktis. Meningkatnya kesulitan dalam membedakan antara konten nyata dan konten buatan AI menimbulkan kekhawatiran di berbagai sektor, termasuk hukum (klausul anti-deepfake dalam surat wasiat) dan hiburan (konten streaming berdampak rendah). Perusahaan-perusahaan teknologi besar secara aktif mendorong proliferasi ini, dengan mengintegrasikan AI ke dalam strategi bisnis inti mereka untuk memaksimalkan keluaran konten.
Munculnya “slop” menyoroti perubahan mendasar dalam cara kita mengonsumsi dan memahami informasi digital. Seiring dengan semakin canggihnya AI, batas antara realitas dan fabrikasi semakin kabur, sehingga memerlukan pengawasan yang lebih ketat baik dari pencipta maupun konsumen.
Melampaui AI: Pergeseran Budaya yang Lebih Luas
Istilah “slop” bahkan melampaui materi yang dihasilkan AI, dan menjadi singkatan untuk konten yang mudah digunakan dalam game (“friendslop” untuk multipemain kasual) dan bidang lainnya. Hal ini menandakan penerimaan budaya yang lebih luas terhadap konten sekali pakai, dimana kuantitas seringkali mengalahkan kualitas.
Pilihan kamus untuk “slop” mengakui realitas lanskap digital saat ini yang tidak bisa dihindari. Istilah ini menjadi sinonim dengan “konten demi konten”, yang mencerminkan pasar yang memprioritaskan volume daripada substansi.
Kesimpulannya, kata terbaik Merriam-Webster tahun ini menggarisbawahi momen penting dalam evolusi internet. Dominasi “slop” yang dihasilkan oleh AI bukan sekadar tren, namun merupakan ciri khas budaya digital di tahun 2025.
