Bone AI Mendapatkan $12 Juta untuk Mengganggu Pasar Robotika Pertahanan Asia

13

Industri pertahanan Korea Selatan, yang saat ini memegang kontrak senilai $69 miliar, siap menghadapi gangguan. Meskipun pemain besar seperti Hyundai, Samsung, dan LG mendominasi manufaktur perangkat keras, terdapat kesenjangan dalam inovasi tahap awal, khususnya dalam robotika bertenaga AI. Bone AI, sebuah startup baru yang beroperasi di Seoul dan Palo Alto, bertujuan untuk mengisi kekosongan tersebut dengan mendapatkan pendanaan awal sebesar $12 juta untuk menantang raksasa pertahanan yang sudah mapan di Asia.

Bangkitnya AI Fisik dan Perlunya Integrasi

Bone AI tidak hanya membuat drone; mereka sedang membangun platform AI terpadu yang mengintegrasikan perangkat lunak, perangkat keras, dan manufaktur. Perusahaan ini mengembangkan kendaraan otonom udara (UAV), darat (UGV), dan laut (USV) untuk klien pertahanan dan pemerintah, awalnya berfokus pada drone udara untuk logistik, deteksi kebakaran hutan, dan pertahanan anti-drone.

Kunci dari strategi Bone AI terletak pada pendekatan holistiknya. Berbeda dengan banyak startup AI yang terkurung dalam perangkat lunak, Bone AI menyadari pentingnya menjembatani kesenjangan antara kecerdasan dan eksekusi fisik. Pendirinya, DK Lee, yang sebelumnya merupakan salah satu pendiri MarqVision, mengamati bahwa kemajuan AI dan perangkat keras terjadi secara terpisah, sehingga tidak memiliki tulang punggung industri yang diperlukan untuk penerapan yang terukur.

Akuisisi Strategis dan Perolehan Pendapatan yang Cepat

Dalam waktu kurang dari setahun, Bone AI telah mendapatkan kontrak B2G senilai tujuh digit dan menghasilkan pendapatan $3 juta. Daya tarik komersial yang pesat ini bukan suatu kebetulan. Perusahaan ini secara strategis mengakuisisi produsen drone Korea Selatan D-Makers, menyerap kekayaan intelektualnya untuk mempercepat pengembangan.

Pendekatan “beli versus bangun” ini, yang disoroti oleh mitra umum Third Prime, Michael Kim, memungkinkan Bone AI melewati siklus penelitian dan pengembangan yang panjang dan memanfaatkan aset yang ada. Perusahaan bermaksud untuk terus mengakuisisi pemain khusus perangkat keras untuk lebih mengkonsolidasikan posisinya.

Keunggulan Korea dan Ambisi Global

Korea Selatan memiliki keunggulan unik: ekosistem manufaktur perangkat keras yang matang dan mampu mendukung robotika tingkat lanjut. Perusahaan seperti Hyundai, Samsung, dan LG telah membuktikan kemampuan negara ini dalam memproduksi perangkat keras berkualitas tinggi dan hemat biaya dalam skala besar. Bone AI bertujuan untuk memanfaatkan infrastruktur yang ada ini untuk membangun rantai pasokan AI yang berdaulat di Korea dan berekspansi ke A.S., Eropa, dan negara-negara sekutu.

Pasar yang Berkembang dan Perlunya Disrupsi

Pasar robotika pertahanan siap menghadapi gangguan. Meskipun Anduril (AS) dan Helsing (Eropa) telah mencapai valuasi multi-miliar dolar, Asia kekurangan pemain yang sebanding. Bone AI berupaya mengisi kekosongan ini, memanfaatkan tren reindustrialisasi global dan meningkatnya permintaan akan kemampuan kedaulatan AI.

Pendanaan dan Komitmen Kepemimpinan

Putaran pendanaan awal senilai $12 juta dipimpin oleh Third Prime, dengan partisipasi dari Kolon Group, investor strategis yang berspesialisasi dalam material dan manufaktur canggih. Pendirinya, DK Lee, secara pribadi berkomitmen lebih dari 10% dari putaran tersebut ($1,5 juta), yang menunjukkan komitmen penuh finansial dan emosionalnya terhadap misi tersebut.

Jalan ke Depan

Keberhasilan Bone AI bergantung pada kemampuannya untuk mengintegrasikan AI, perangkat keras, dan manufaktur dalam skala besar. Akuisisi strategis yang dilakukan perusahaan, perolehan pendapatan yang cepat, dan komitmen terhadap kedaulatan AI menempatkan perusahaan ini sebagai penantang tangguh bagi raksasa pertahanan yang sudah mapan di Asia. Masa depan robotika pertahanan mungkin dibangun di atas fondasi yang dibangun oleh startup ambisius ini